1Hierarchical
Network Models
Model
hirarki dari suatu jaringan memungkinkan kita untuk merancang jaringan sesuai
dengan fungsi utamanya, dikombinasikan dengan hirarki dari organisasi yang
dimodelkan. Model ini dapat menyederhanakan tugas-tugas yang diperlukan untuk
membangun suatu jaringan sesuai dengan kebutuhan saat ini dan kebutuhan yang
akan datang. Model hirarki ini memiliki layer
(lapisan) yang dibuat untuk menyederhanakan tugas-tugas di dalam hubungan antar
jaringan. Setiap lapisan fokus pada fungsinya masing-masing, memungkinkan untuk
memilih sistem dan fitur yang tepat pada setiap lapisan. Model ini cocok untuk
jaringan Local Area Network
(LAN) dan Wide Area Network
(WAN).
Keuntungan dari model hirarki :
- Penghematan biaya
- Mudah dipahami
- Jaringan bersifat modular
- Isolasi apabila terjadi kegagalan
Banyak
organisasi yang mengakui terjadi penghematan biaya setelah menerapkan model
hirarki ini, karena tidak lagi menggunakan semua routing dan switching
dalam satu platform saja. Sifat
modular dari model ini memungkinkan penggunaan bandwidth yang tepat dalam setiap lapisan tiap hirarki. Desain
hirarki memfasilitasi perubahan dalam setiap desain jaringan, karena sifat
modularitas memungkinkan mendesain setiap elemen jaringan serta mereplikasinya
sesuai perkembangan.
Arsitektur
jaringan yang bersifat flat dan
besar, jika terjadi perubahan cenderung mempengaruhi sejumlah besar sistem.
Penataan jaringan menjadi lebih kecil, akan membuat lebih mudah untuk dipahami
dan meningkatkan isolasi dari kegagalan yang terjadi. Manajemen jaringan dapat
lebih mudah dilakukan dan dengan cepat dapat mengidentifikasikan penyebab
permasalahan. Hal ini dikarenakan jaringan hirarki membagi jaringan menjadi
beberapa segmen.
Gambar1.1 Hierarchical Network Design
Desain
Hirarki memiliki tiga lapisan :
a.
Core
Layer:
menyediakan transportasi yang cepat diantara switch distribusi di dalam enterprise campus.
b.
Distribution
Layer:
menyediakan konektivitas berdasarkan policy
(kebijakan).
c.
Access
Layer:
menyediakan workgroup dan user untuk akses ke jaringan.
Setiap
lapisan menyediakan fungsionalitas yang diperlukan untuk membangun enterprise campus network. Tidak perlu
mengimplementasikan tiap lapisan sebagai entitas fisik yang berbeda. Dapat
menerapkan satu atau lebih perangkat dalam setiap lapisan, atau mungkin juga
perangkat yang dapat saling bekerjasama dalam satu chassis.
a.
Core
Layer
Lapisan
core adalah jaringan berkecepatan tinggi dari switching backbone yang sangat penting dalam komunikasi
perusahaan. Lapisan core harus memenuhi kriteria berikut ini :
- Fast transport
- High reliability
- Redundancy
- Fault tolerance
- Low latency and good manageability
- Avoidance of slow packet manipulation caused by filters or other processes
- Limited and consistent diameter
- QoS (Quality of Service)
b.
Distribution
Layer
Lapisan
distribusi adalah jaringan yang merupakan pemisah antara lapisan core dengan
lapisan akses. Lapisan distribusi harus memenuhi kriteria berikut ini :
- Policy-based connectivity
- Redundancy and load balancing
- Aggregation of LAN wiring closets
- Aggregation of WAN connections
- QoS
- Security filtering
- Address or area aggregation or summarization
- Departmental or workgroup access
- Broadcast or multicast domain definition
- Routing between VLANs
- Media translations (for example, between Ethernet and Token Ring)
- Redistribution
between routing domains (for example, between two different
routing protocols) - Demarcation between static and dynamic routing protocols
Lapisan
distribusi menyediakan route
aggregation dan route
summarization untuk lapisan core. Dalam campus LAN, lapisan ini menyediakan routing antar VLAN (Virtual LAN) yang juga menerapkan keamanan
dan kebijakan QoS.
c.
Access
Layer
Lapisan
akses menyediakan akses pengguna untuk ke segmen lokal dalam jaringan. Lapisan
akses harus memenuhi kriteria berikut ini :
- Layer 2 switching
- High availability
- Port security
- Broadcast suppression
- QoS
- Rate limiting
- ARP inspection
- VACLs
- Spanning tree
- Trust classification
- PoE and auxiliary VLANs for VoIP
Contoh
Model Hirarki :
Gambar 1.2
Switched Hierarchical Design
Dalam
desain ini, lapisan core menyediakan transportasi berkecepatan tinggi antara
lapisan distribusi. Lapisan distribusi menyediakan redudansi dan memungkinkan
penerapan policy pada lapisan
akses. Layer 3 yang berada
diantara lapisan core dan distribusi digunakan untuk routing protocol, menangani load-balancing dan fast
route redudancy apabila terjadi kegagalan pada link. Komunikasi inter-VLAN
dipetakan di lapisan distribusi. Route
summarization dikonfigurasi pada interface
menuju lapisan core. Kelemahan dari desain ini adalah Spanning Tree Protocol (STP) hanya mengijinkan salah satu dari link redudansi diantara switch akses dan switch distribusi untuk aktif. Jika
terjadi kegagalan, link kedua
menjadi aktif, tetapi tidak terjadi load-balancing,
karena salah satu link pasif
dan menjadi aktif apabila salah satu link
terjadi kegagalan.
1.
Routed Hierarchical Design
Gambar 1.3
Routed Hierarchical Design
Pada
desain ini, batas layer 3
didorong menuju sampai ke lapisan akses. Switching
layer 3 terjadi pada lapisan akses, distribusi, dan core. Route filtering dikonfigurasi pada interface menuju lapisan akses,
sedangkan route summarization
dikonfigurasi pada interface
menuju lapisan inti. Keuntungan dari desain ini, bahwa load-balancing dapat terjadi dari link lapisan akses, karena sebelumya sudah dirutekan dari switch distribusi.
1.
Virtual
Switching System (VSS)
Virtual
Switching System (VSS) adalah solusi dari permasalah looping dari STP dengan cara melakukan konversi sepasang switch distribusi (fisik) menjadi switch tunggal (logical). Ini akan menghilangkan
STP, meniadakan kebutuhan untuk implementasi Hot Standby Router Protocol (HSRP), Virtual Router Redudancy Protocol (VRRP), atau Gateway Load Balancing Protocol
(GLBP).
Gambar1.4 VSS
VSS
dikonfigurasi pada switch Cisco
6500. Dengan VSS, topologi fisik sepasang switch distribusi dengan single upstream link berubah menjadi switch tunggal dengan two
upstream link. Berikut ini keuntungan penerapan VSS :
- Switching layer 3 dapat digunakan menuju lapisan akses, sehingga terjadi komunikasi yang bersifat nonstop.
- Kemudahan dalam hal manajemen dan konfigurasi dilakukan hanya pada satu switch distribusi yang menerapakan VSS.
- Return on Invesment (ROI) yang lebih baik melalui peningkatan bandwidth antara lapisan akses dan lapisan distribusi.
- Menggunakan switch Catalyst 6500 dan tidak perlu ada chassis tambahan.
2. Cisco Enterprise
Architecture Model
Cisco
Enterprise Architecture memfasilitasi desain jaringan yang besar.
Teknologi dari jaringan menjadi semakin canggih, maka diperlukan pendekatan
bukan hanya sekedar desain modular WAN dan LAN pada lapisan core, distribusi,
dan akses. Arsitektur ini membagi jaringan berdasarkan fungsional dan modulnya.
Area dan modul dari Cisco Enterprise
Arhitecture ini adalah :
- Enterprise campus area
- Enterprise data center module
- Enterprise branch module
- Enterprise teleworker module
Cisco
Enterprise Arhitecture Model ini mempertahankan konsep dari komponen distribusi
dan akses untuk konektivitas dari
user, layanan WAN, dan server
farms melewati jaringan backbone
yang sangat cepat. Pendekatan modular
di dalam desain dibutuhkan sebagai petunjuk seorang arsitek jaringan. Di dalam
jaringan yang kecil, tiap lapisan dapat menyatu menjadi satu lapisan, bahkan
hanya menggunakan sebuah perangkat dengan fungsi yang sama.
Gambar 2.1 Cisco Enterprise Architecture Model
Seperti
yang terlihat pada gambar di atas, enterprise
campus area memiliki campus
infrastructure yang terdiri dari core, distribusi, akses, dan data center module. Enterprise edge
area terdiri dari internet, e-commerce,
Virtual Private Network (VPN),
dan modul WAN yang menghubungkan enterprise
dengan fasilitas service provider.
Service Provider (SP) edge area menyediakan internet, Public Switched Telephone Network (PSTN),
dan layanan WAN untuk enterprise.
1.
Enterprise
Campus Module
Enterprise
campus terdiri dari beberapa sub-modul :
- Campus core
- Building distribution
- Building access
- Server farms/data center
Gambar 2.2
Enterprise Campus Model
Campus
infrastructure terdiri dari campus
core, building distribution,
dan building access layer. Campus core menyediakan switched backbone berkecepatan tinggi
diantara building, menuju server farm dan enterprise edge. Selain itu campus core juga menyediakan
redudansi dan konektivitas yang
fast-convergent. Building
distribution melakukan agregasi terhadap semua switch akses dan melakukan kontrol akses, QoS, redudansi rute,
dan load-balancing. Building access
menyediakan akses VLAN, PoE untuk IP phone,
dan wireless access point,
mengurangi broadcast, dan spanning tree.
Server
farm atau data center
menyediakan akses berkecepatan tinggi dan ketersediaan yang tinggi beserta
redudansinya untuk tiap server.
Server
perusahaan seperti file dan print server, server aplikasi, server
email, Dynamic Host Configuration
Protocol (DHCP), dan Domain
Name System (DNS) , ditempatkan ke dalam server farm.
1.
Enterprise
Edge Area
Enterprise edge terdiri dari
beberapa sub-modul :
- E-commerce networks and servers
- Internet connectivity and demilitarized zone (DMZ)
- VPN and remote access
- Enterprise WAN
Gambar 2.3
Enterprise Edge Module
a.
E-Commerce
Module
Menyediakan
ketersediaan jaringan yang tinggi untuk layanan bisnis. Desain ketersediaan
yang tinggi dari server farm module
dengan menggunakan konektivitas internet dari internet module. Perangkat yang berada di dalam e-commerce submodule termasuk :
- Web and application servers : interface user utama untuk melakukan navigasi pengaturan.
- Database servers : berisi aplikasi dan informasi transaksi.
- Firewall and firewall routers : mengatur komunikasi antar pengguna di dalam sistem
- Network intrusion prevention systems (IPS) : menyediakan pemantauan di setiap segmen jaringan untuk mendeteksi dan merespon penyerangan yang terjadi di dalam jaringan.
- Multilayer switch with IPS modules : menyediakan transportasi traffic dan integrasi pemantauan keamanan.
b.
Internet Connectivity Module
Memberikan
layanan seperti public servers, email,
dan DNS. Konektivitas ke satu atau beberapa Internet Service Provider (ISP) juga disediakan. Komponen
termasuk di dalam submodule :
- Firewall and firewall routers : memberikan perlindungan dari resources, filtering, dan terminasi VPN dari remote site dan users.
- Internet edge routers : menyediakan basic filtering dan multilayer connectivity.
- FTP and HTTP servers : menyediakan interface aplikasi web enterprise via internet publik.
- SMTP relay servers : bertindak sebagai relay antara internet dengan intranet mail server.
- DNS servers : digunakan sebagai server DNS eksternal otoritatif enterprise dan sebagai relay request dari permintaan internal menuju internet.
Gambar 2.4 Internet
Multihoming Options
a.
VPN/Remote Access
Memberikan layanan sebagai terminasi
dari akses remote, termasuk
otentikasi bagi pengguna yang mengakses dari jarak jauh. Komponen termasuk di
dalam submodule :
- Firewall : menyediakan filtering dari traffic, otentikasi dari remote sites, dan konektivitas menggunakan IPsec tunnels.
- Dial-in access concentrators : terminasi dari koneksi dial-in dan otentikasi dari pengguna individu.
- Cisco Adaptive Security Appliance (ASA) : terminasi dari IPsec tunnels dan otentikasi dari pengguna individu, dan menyediakan firewall serta layanan pencegahan instrusi.
- Network intrusion prevention system (IPS) appliances
Gambar 2.5 VPN Architecture
a.
Enterprise WAN
Enterprise
edge dari enterprise WAN,
termasuk ke dalam akses dari WAN itu sendiri. Berikut ini teknologi dari WAN :
- Multiprotocol Label Switching (MPLS)
- Metro Ethernet
- Leased lines
- Synchronous Optical Network (SONET) and Synchronous Digital Hierarchy (SDH)
- PPP
- Frame Relay
- ATM
- Cable
- Digital subscriber line (DSL)
- Wireless
Gambar 2.6 WAN Module
Berikut
ini practice yang dapat
digunakan untuk mendesain enterprise
edge :
- Tentukan koneksi yang dibutuhkan perusahaan untuk menghubungkan jaringan perusahaan ke internet.
- Buatlah modul e-commerce bagi pelanggan dan mitra yang membutuhkan akses internet untuk kebutuhan bisnis dan aplikasi database.
- Desain modul remote access/VPN untuk akses ke jaringan internal dari internet. Tentunya dengan menerapkan kebijakan (policy) keamanan dan pengaturan paramater otentikasi serta otorisasi.
- Memastikan edge memiliki koneksi permanen untuk ke kantor cabang.
3.
Service
Provider Edge Module
SP
edge module, terdiri dari layanan yang meliputi :
- Internet services
- PSTN services
- WAN services
Gambar 2.7
WAN/Internet SP Edge Module
Perusahaan
menggunakan SP untuk layanan jaringannya. ISP menawarkan akses ke internet
untuk perusahaan. ISP dapat merutekan jaringan perusahaan untuk menuju ke
jaringan mereka dan meneruskannya ke jaringan internet. Untuk layanan suara,
penyedia PSTN memungkinkan pengguna melakukan dial-up mengakses ke jaringan perusahaan melalui analog atau
jaringan seluler.
3.
Remote
Modules
Remote
modules dari model Cisco Enterprise
Architectures terdiri dari enterprise
branch, enterprise data center,
dan enterprise teleworker modules.
- Enterprise Branch Module : biasanya terdiri dari remote office dan sales office. Cabang ini bergantung pada layanan WAN dan aplikasi yang disediakan oleh kantor pusat. Sebagai alternatif, menggunakan WAN teknologi MPLS untuk layanannya, menghubungkan dari cabang ke kantor pusat.
Gambar 2.8 Enterprise
Branch Module
- Enterprise Data Center Module : menggunakan jaringan untuk meningkatkan server, storage, dan aplikasi. Kantor pusat menyediakan pemulihan bencana dan kelangsungan layanan bisnis untuk perusahaan. Komponen data center meliputi network infrastructure, interactive services, dan DC management.
- Enterprise Teleworker Module : terdiri dari kantor kecil atau pengguna mobile yang membutuhkan akses layanan ke perusahaan. Pengguna dapat terhubung dari rumah, hotel, atau lokasi lain dengan cara menggunakan dial-up atau jalur akses internet dengan VPN.
Gambar 2.9 Enterprise
Teleworker Solution













Tidak ada komentar:
Posting Komentar